Catatan sejarah Indonesia tentang masa penjajahan pastinya sangat panjang. Hal ini juga tak lepas dari perlawanan rakyat Maluku di masa penjajahan tersebut. Pendudukan Maluku atas penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris, hingga Belanda membuat rakyat Maluku pada saat itu sangat sengsara. Hal ini tentu saja tidak dapat dielak dengan adanya kerja paksa dan penguasaan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial yang sangat kejam.
Perlawanan rakyat Maluku untuk mengusir para penjajah pastinya tidak asing lagi bagi masyarakat. Aksi Pattimura yang banyak dikisahkan dalam berita Maluku pada masa itu pastinya membuat kita tahu bagaimana rakyat di masa itu memperjuangkan kehidupannya. Kolonialisme yang menguasai Maluku di abad ke 14 hingga 18 ini pastinya sangat membekas dalam perjuangan rakyat Maluku saat itu hingga kini bukan?
Perlawanan Rakyat Maluku di Masa Penjajahan Portugis

Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa kolonial memanglah terkenal kejam. Jika melihat bagaimana perjuangan rakyat Maluku memperjuangan tanahnya, pastinya tidak akan terlepas dari bagaimana rakyat melawan para penjajah. Penguasaan Maluku, Ambon, dan berbagai tempat di masa itu juga banyak dicatat dalam berbagai info Ambon yang membuat kesimpulan bahwa perjuangan rakyat sangatlah besar dalam mengusir para penjajah ini.
Pendudukan Maluku dan Ambon di masa itu dilakukan semata-mata untuk kebutuhan perekonomian bangsa asing. Tak heran karena rempah-rempah yang dihasilkan di sana merupakan rempah-rempah yang terbaik. Sehingga, banyak bangsa asing yang berlomba-lomba untuk datang ke sini. Pendudukan awal dilakukan oleh Bangsa Portugis. Perjuangan rakyat Maluku di masa penjajahan Bangsa Portugis tidak membuahkan hasil.
Pada masa itu, Portugis memiliki kekuatan yang lebih besar sehingga tidak bisa dikalahkan oleh rakyat. Pengepungan Ambon dengan keberadaan benteng di masa itu juga menjadi salah satu faktor mengapa perjuangan rakyat Maluku di masa penjajahan menjadi sangat sulit.
Kedatangan Bangsa Portugis terjadi pada abad ke 15 dengan ditandai mendaratnya pasukan Portugis di Ternate pada 1513. Hal ini kemudian menjadi jalan bagi bangsa asing lain, khususnya Eropa untuk datang dan menguasai Maluku pada saat itu.
Pada mulanya, kedatangan Portugis hanya bertujuan untuk kepentingan ekonomi saja, yaitu berdagang rempah-rempah yang sangat melimpah di Maluku. Tetapi, dengan adanya hak istimewa yang dirasakan oleh mereka, membuat mereka melanggar kesepakatan yang sudah dibuat. Pada masa itu, Portugis melanggar aturan perdagangan dengan memonopoli pasar. Pastinya membuat rakyat menjadi geram karena mereka tidak mendapatkan banyak keuntungan.
Sultan Ternate yaitu Sultan Hairun kemudian memberikan aba-aba untuk melawan. Perlawanan rakyat Maluku di masa penjajahan Portugis ini kemudian menjadi latar belakang adanya perang Ternate dan Portugis yang berlangsung pada 1559-1567. Dalam kurun waktu yang cukup lama, ternyata perang ini tidak membuat Portugis gentar dan menyerah.
Pertempuran Melawan Portugis

Perlawanan rakyat Maluku pada masa penjajahan Portugis yang disebabkan oleh monopoli pasar ini membuat Maluku porak poranda. Perang yang terjadi di masa itu justru membuat rakyat menjadi kewalahan karena armada perang yang terbatas dan kekuasaan sepenuhnya masih ada di tangan Portugis. Di masa inilah, banyak pertumpahan darah yang terjadi.
Dalam catatan sejarah Maluku, banyak muncul berbagai tokoh yang memimpin perang ini, misalnya adalah Pangeran Baab dan Sultan Baabullah. Keduanya merupakan panglima muda yang berasal dari Ternate. Selain itu, pastinya rakyat Indonesia tidak asing dengan Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura, Christina Martha Tiahahu, dan lain sebagainya.
Setelah perang pertama ini, Portugis berhasil dikalahkan oleh perjuangan rakyat Maluku di masa penjajahan Portugis. Portugis yang kalah perang kemudian meminta untuk damai dan melakukan operasi perdagangan sesuai dengan kesepakatan awal. Sultan Hairun yang pada masa itu memimpin Kerajaan Ternate mengabulkannya dan kembali membuat perdagangan di Maluku kembali seperti pada mulanya tanpa menggunakan sistem monopoli.
Ternyata, kebaikan dari rakyat Maluku pada saat itu dimanfaatkan oleh Portugis. Portugis yang mendapatkan kesempatan untuk berdagang kembali justru berniat untuk menghancurkan Ternate. Dengan menyusun plan yang lebih matang, mereka memiliki niat untuk melakukan perang kembali. Di tahun 1570, aksi licik Portugis dilancarkan dengan cara menculik Sultan Hairun engan kedok perayaan di Benteng Sau Paulo. Di sanalah Sultan Hairun terbunuh.
Hal ini membuat rakyat Maluku marah. Setelah mendapatkan pengganti pemimpin Ternate, rakyat kembali melakukan perang untuk membalaskan dendam pada Portugis. Maka, pecahlah perang ternate yang kedua. Perang ini didukung oleh Kerajaan Tidore yang turut membantu Ternate. Himpunan pasukan perang dikerahkan, setidaknya ada 2000 kora-kora serta lebih dari 120 ribu prajurit untuk mengalahkan Portugis.
Di posisi tersebut, Portugis sedang tidak dalam kondisi siap dan tidak mempunyai bantuan karena sedang menghadapi perang di lain tempat. Hal ini yang kemudian membuat Portugis kalah di perang Ternate yang kedua. Wah menarik sekali bukan kisah perjuangan rakyat Maluku di masa penjajahan Portugis ini!